Home » » Muludan di Kasepuhan Cirebon

Muludan di Kasepuhan Cirebon

Written By Novita Anggraeni on Wednesday, March 4, 2009 | 11:30 PM

Muludan adalah salah satu budaya tetap di keraton kesepuhan Cirebon untuk menymbut hari kelahiran Nabi Muhammad SAW yang jatuh pada tanggal 12 Robiul Awal. kata Mulud sendiri berasal dari bahasa arab yang artinya kelahiran.

seperti halnya keraton-keraton lain yang ada di pulau Jawa, tiga Keraton, yaitu Kasepuhan , Kanoman, Kacirebonan pada tepat tgl 12 Mulud pun diadakan prosesi Grebeg Mulud yaitu acara Panjang Jimat. suasana panjang jimat sendiri adalah menceritakan proses nabi Muhamad semenjak masih dalam kandungan hingga kelahirannya yang di ceritakan lewat symbol-simbol. Prosesi Panjang Djimat sendiri baru dimulai pada jam 9 malam yang diawali dari Keraton yang nantinya diiringi iring-ringan yang membawa Panjang Djimat dan beberapa pusaka dari Bangsal Agung Panembahan ke Langgar Agung. di langgar agung sebelum rombongan iring-iringan yang membawa Panjang Jimat kembali ke Bangsal Agung, terlebih dahulu diadakan acara pembagian sega rosul untuk masyarkat yang konon mengandung barokah. sega rosul sendiri diyakini masyarakat sebagai sega (nasi) yang mengandung barokah karena bahan bakunya dihasilkan dengan cara alami yaitu dari gabah disisil (membuka kulit gabah dengan menggunakan tangan dan mulut) oleh perawan sunti. Panjang Djimat sendiri berupa piring lodor besar buatan china yang berdekorasi Kalimat Syahadat bertulisakan huruf Arab yang diyakini dibawa langsung oleh Sunan Gunung Djati. Sebanarnya acara panajng djimat ini sendiri hanya mengingatkan kita bahwa Panjang Djimat berarti; Panjang berarti dawa (panjang) tak berujung, Djimat berarti Si (ji) kang diru (mat). Artinya tulisan Syahadat yang tertulis di piring tersebut supaya selalu kita pegang selamanya sebagai umat muslim hingga akhir hayat. dalam iring-iringan yang melambangkan proses kelahiran Muhammad itu terbagi dalam 19 golongan pentingorang pertama dalam rombongan berjalan didepan dengan sebatang lilin menyala yang diikuti oleh orang kedua yang juga menggenggam sebatang lilin menyala. kedua orang ini menggambarkan sosok paman dan kakek nabi Muhammad yaitu Abu Thalib dan Abdul Muthalib ketika mengantar Siti Amina ke dukun beranak. Selanjutnya ada salah satu grup pria yang membawa dekorasi yang di sebut Manggaran, Nagan dan Jantungan yang melambangkan kebaikan Abdul Al-Muthalib, Seorang wanita membawa Bokor Kuningan yang terisi dengan koin-koin didalamnya yang melambangkan sifat ibu Rasul, selanjutnya diikuti seorang wanita yang membawa nampan yang terdiri dari botol berisi Lenga Mawar (distilasi bunga mawar) yang melambangkan Air Ketuban. Sebuah nampan yangh terdiri dari kembaang Goyah, Obat tradisonal melambangkan Plasenta. Penghulu Keraton bertindak seolah-olah memotong ari-ari.

Selanjutnya dan adalah inti dari prosesi ini yaitu prosesi yang terbagi menjadi 12 acara yang melambangkan 12 Rabiul Awal dimana kelahiran nabi Muhammad yang lahir ke dunia untuk menyebarkan dua kalimat syahadat. ini dia rinciannya :

pertama-tama adalah dua orang pria yang disebut abdi masjid agung yang berjalan beriringan sambil membawa piring. piring-piring itu yang melambangkan dua kalimat Syahadat yang terdiri dari tujuh angka penting. Kalimah Syahadat membawa setiap orang untuk menuntun ke tujuh tingkatan atau di Cirebon dikenal dengan Martabat Pitu yang merupakan doktrin dari tarek Syattariyah.

setelah dua orang di depan yang membawa piring, kemudian diikuti oleh dua orang pria lagi yang membawa sejenis termos berisi bir. termos melambangkan wadah untuk menampung darah selama proses kelahiran sedangkan bir sendiri melambangkan sebagai darah / kotoran yang keluar selama proses kelahiran. kemudian seorang pria membawa pendil yang berisi sega wuduk (Nasi Uduk) yang melambangkan betapa susahnya melahirkan. selanjutnya dibelakang orang yang membawa nasi uduk tadi berjalan pula seorang pria yang membawa nasi Jeneng, tumpeng, dan bekakak ayam sebagai symbol syukur atas lahirnya bayi dengan selamat.

Tiga bagian terakhir sebagai penutup dari segala prosesi adalah iring-iringan rombongan yang membawa capon (bakul) yang melambangkan 4 sifat nabi Muhammad yatu sidiq (cerdas), amanah (dapat dipercaya), tabligh (menyampaikan), Fathonah (pintar) dan 4 sifat yang tidak dimiliki oleh nabi yaitu Kidzib, Khianat, Kitman dan Baladah.

iring-iringan berikutnya terdiri dari rombongan yang membawa 4 tenong (sejenis wadah besar bundar yang terbuat dari anyaman bambu) yang melambangkan 4 sahabat nabi yaitu Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali.

Dan iring-iringan terakhir terdiri dari beberapa orang yang memanggul 4 dongdang (sebuah wadah yang menyerupai keranda yang diusung oleh 2 orang dengan cara dipanggul di masing-masing ujungnya) yang melambangkan empat mazhab besar islam yaitu Maliki, Syafi'I, Hanafi dan Hanbali.

setelah empat dongdang ini maka berakhirlah prosesi ini........
Share this article :

1 comments:

Anonymous said...

Kembalikan...tempat tinggal keluarga putri Ong tin nio atau orang banyak bilang keraton kasepuhan kepada pewarisnya...untuk sejarah...juga untuk ulang tahun kota JAKARTA 22 Juni 1527...

 
Support : Budaya Nusantara | Kotak Bumbu | Kunci Finansial
Copyright © 2013. Portal Cirebon - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger