Persiapan dan perlengkapan untuk melaksanakan upacara memitu ini sendiri adalah pertama-tama disiapkannya bahan-bahan untuk keperluan upacara yakni :
- Jarit atau tapi (kain panjang) 7 lembar dan masing-masing lembarnya memiliki warna yang berbeda.
- Pendil atau belanga (semacam tembikar yang pada jaman dulu dipakai untuk mengambil air) yang berisi air, berbagai jenis tanaman dan beberapa uang logam
- Kembang tujuh rupa
- Sesaji yang berisi antara lain : Nasi wuduk, Juwadah pasar, Rujak parud, rujak asem, rujak pisang, rujak selasih, Aneka buah dan umbi, dan tebu wulung.
- Kelapa muda yang telah digambar salah satu tokoh wayang (biasanya tokoh Arjuna)
Maksud dan tujuan dari dilaksanakannya upacara memitu ini sendiri adalah sebagai bentuk syukur kepada Tuhan yang telah mengaruniai mereka anak, di samping juga untuk memohon agar pada saatnya nanti proses kelahiran berjalan lancar dan diberi keselamatan baik pada si ibu yang melahirkan maupun jabang bayi yang dilahirkan nanti dan yang tak kalah pentingnya si jabang bayi lahir tanpa cacat.
Prosesi upacara memitu yang biasanya dilaksanakan di halaman rumah dan dipimpin oleh seorang lebe atau sesepuh kampung ini dibuka dengan membaca salah satu surah dalam Al-Qur'an yakni surah Lukman atau surah Yusuf dengan harapan anak yang dilahirkan nanti memiliki budi pekerti seperti Lukman ataupun memiliki ketampanan seperti halnya nabi Yusuf. Setelah pembacaan salah satu surah dalam Al-Quran selesai barulah kemudian dilaksanakan acara inti yakni upacara mandi yang dilakukan sepasang suami istri yang sedang mengandung tersebut. Upacara mandi ini dipimpin oleh dukun beranak atau paparaji.
Jalannya upacara mandi sendiri diawali dengan dibacakannya kidung oleh sesepuh desa dihadapan air yang akan dipakai untuk upacara mandi, kemudian setelah pembacaan kidung selesai barulah kemudian dibagikannya sesajen kepada para tamu undangan. Dan disaat para undangan telah menerima sesaji itulah sambil berjalan pulang mereka terlebih dahulu menghampiri si ibu dan suami yang sedang diupacarai ini untuk menyiramkan air yang telah diberi kidung dan kembang 7 rupa. Sambil dimandikan itulah secara berkala si ibu hamil itu berganti kain panjang yang telah di siapkan tadi hingga 7 kain tersebut habis terpakai. Dan pada saat pergantian kain yang ke tujuh itu, kemudian paparaji menjatuhkan kelapa muda yang telah digambari tokoh wayang tadi melalui dalam kain yang dipakai oleh si ibu hamil dan suami si ibu hamil yang sedari tadi ikut dimandikan diharuskan untuk menangkap kelapa muda itu sebelum jatuh ke tanah. Makna filosofis dari dijatuhkannya kelapa muda itu sendiri melambangkan kemudahan si ibu hamil saat melahirkan nanti, sedangkan gambar wayang yang terukir di kelapa sendiri sebagai symbol pengharapan bahwa sang jabang yang kelak akan dilahirkan memiliki paras dan kegagahan seperti yang dimiliki oleh si tokoh wayang yang di gambar tersebut.
Sebagai penutup prosesi upacara mandi ini kemudian si suami dari ibu hamil itu sambil mengambil pendil yang berisi tanaman dan uang logam berlari berlari menuju jalan perempatan, dan kemudian memecahkan pendil itu di sana sebagai symbol pecahnya ketuban pada saat melahirkan nanti.
1 comments:
upacara upacara di lingkungan kita sebetulnya sangat layak di jual seperti tedak siten di jatim atau upacara upacara lain di tanah air tang lebih beruntung kalau gak salah urus upacara di kita juga bisa ngetrend
Post a Comment