Home » , , , , , » Ritual Kawin Cai di Lereng Ceremai

Ritual Kawin Cai di Lereng Ceremai

Written By Novita Anggraeni on Saturday, June 5, 2010 | 6:57 AM

Warga di Desa Manis Kidul dan Babakan Mulya yang berada persis di lereng Gunung Ceremei memiliki satu prosesi upacara yang sangat unik tiap tahunnya yakni ritual mengawinkan air atau dalam bahasa Sunda disebut dengan Kawin Cai. Tujuan utama dari prosesi ini sendiri adalah merupakan upaya masyarakat setempat untuk menghargai salah satu sumber kehidupan paling vital bagi masyarakat Desa Manis Kidul dan Babakan Mulya yakni sumber air. Inti prosesi kawin cai ini sendiri adalah mengawinkan air dari tujuh sumber dari mata air Cibulan dengan sumber dari mata air yang ada di Balong Dhalem Tirtayatra. Mata air di Balong Dhalem Tirtayatra yang berjarak sekitar 5 kilometer dari pemukiman warga ini dilambangkan sebagai pengantin perempuan dan 7 air dari mata air Cibulan sendiri dilambangkan sebagai pengantin lelakinya.

Kenapa yang jadi pengantin perempuan cuma satu dan selebihnya adalah pengantin perempuan (7 sumber air) adalah karena menurut kepercayaan mereka bahwa mata air di Balong Dhalem Tirtayatra tersebut adalah induk dari semua mata air di desa mereka dan dengan dikawinkannya dengan 7 mata air yang berbeda-beda itu diharapkan akan membuat mata air tersebut tidak akan pernah kering dan akan mengalir terus untuk memenuhi kebutuhan mereka. Ketujuh mata itu sendiri memiliki nama yang berbeda-beda di tiap sumbernya yaitu sumber kejayaan, kemuliaan, pengabulan, deranjana, cisadane, kemudahan dan keselamatan. Bagi warga sekitar, ketujuh sumber mata air di Cibulan yang sekarang dibuka untuk tujuan wisata itu merupakan 7 mata air yang mengandung berkah dan bisa mengobati berbagai macam penyakit karena menurut kepercayaan masyarakat setempat ketujuh sumber air keramat tersebut merupakan mata air peninggalan Prabu Siliwangi yang ketika itu bertapa untuk meminta air kepada Yang Maha Kuasa. Di kolam pemandian Cibulan ini pun terdapat juga ikan-ikan yang konon merupakan jelmaan para dewa yang oleh karenanya disebut sebagai ikan Dewa.

Sebelum prosesi pengambilan air dari tujuh sumber mata air di Cibulan, terlebih dahulu dilakukan pembacan doa di depan petilasan Prabu Siliwangi agar acara ritual kawin cai bisa berjalan lancar dan tujuan utama dari ritual tersebut benar-benar berhasil. Barulah kemudian seusai memanjatkan doa para sesepuh adat pun mulai mengambil air dari ketujuh sumber mata air itu untuk kemudian disatukan dalam sebuah wadah yang nantinya akan di arak dan kemudian dikawinkan dengan air yang ada di mata air balong Dhalem Tirtayatra. Dan percaya atau tidak, begitu air yang diambil dari ketujuh mata air itu di persatukan, hujan pun mulai turun membasahi bumi. Konon, turunnya hujan inilah yang jadi tolak ukur apakah doa para sesepuh adat sebelum prosesi pengambilan air dianggap berhasil atau tidaknya.

Prosesi selanjutnya kemudian adalah mengarak air dari ketujuh sumber yang telah dipersatukan itu menuju ke mata air Balon Dhalem di Desa Babakan Mulia. Seperti layak nya menyambut kedatangan mempelai pria, sesampainya di Balon Dhalem para pengarak itu pun akan disambut dengan berbagai ritual upacara dan tri-tarian tradisional. Kemudian setelah upacara penyambutan itu selesai digelar barulah masuk ke acara inti dari acara kawin cai itu sendiri yaitu air dari 7 sumur keramat Cibulan ditumpahkan ke sumber mata air Balon Dhalem Tirtayata. Symbol penyatuan air dari 7 mata air dengan mata air tang ada di Balong Dhalem itu yang kemudian dianggap oleh warga bahwa mata air tersebut telah resmi dikawinkan.

Yang tak kalah seru dari semua itu, beberapa pamong desa yang memang tugasnya mengurusi air seperti kaur ekbang dan anggota mitra cainya pun dimandikan menggunakan air tersebut dengan harapan bahwa para pamong itu nantinya akan mampu mengurusi air dengan sebaik-baiknya. Kemudian sebagai penutup segala ritual itu warga dipersilahkan untuk berebut sisa air keramat tersebut untuk selanjutnya kemudian menanam sebatang pohon dan lalu ditutup dengan makan bersama sebagai bentuk syukuran karena mereka telah sukses menggelar ritual kawin cai tersebut.
Share this article :

3 comments:

budaya nusantara said...

Sudah bisa dikomenin lagi ternyata. :P

*maaf oot*

Novita Anggraeni said...

Hehehehe.. Iya nih. Menjadi tak tersentuh itu ternyata memiskinkan jiwa. Hehehe.. Makasih komennya. :P

surya maulana said...

keren

 
Support : Budaya Nusantara | Kotak Bumbu | Kunci Finansial
Copyright © 2013. Portal Cirebon - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger