Seperti halnya wayang golek purwa, wayang golek cepak ini pun menggunakan golek atau patung kayu sebagai media pertunjukannya dengan satu dalang sebagai pengatur sekaligus narrator dari pertunjukkan tersebut. Perbedaan wayang golek cepak dengan wayang golek purwa adalah terletak pada bentuk wayang yang tidak meruncing seperti halnya wayang golek purwa, pun begitu dengan bentuk muka dari wayang itu sendiri yang terlihat seperti manusia. Oleh karenanya, wayang golek cepak ini disebut juga sebagai wayang realis karena baik corak muka maupun bentuknya mengikuti paras asli dari manusia. Untuk kata cepak sendiri merujuk pada bentuk mahkota yang cepak atau papak (rata).
Untuk lakonnya sendiri, wayang golek cepak biasanya tidak terpaku pada pakem wayang pada umumnya yang bercerita tentang kisah mahabarata dengan puncak perang barata yudha, tapi lebih kepada kisah-kisah para raja yang terkenal yang terdapat dalam sejarah atau babad seperti tokoh-tokoh Islam Cirebon seperti Nyi Mas Gandasari, Ki Kuwu Sangkan, dan sebagainya. Konon, wayang golek cepak ini sendiri pertama kali dipentaskan oleh Sunan Gunung Djati sebagai media dakwah yakni untuk menarik masyarakat Cirebon agar mau masuk ke dalam agama Islam. Makanya tak heran kalau diantara cerita-cerita yang dipentaskan diselipkan juga ajaran-ajaran agama Islam di dalamnya.
Seperti halnya pertunjukan-pertunjukan tradisional lainnya, pada wayang golek cepak pun memiliki pakem-pakem atau susunan adegan tertentu yang harus ditaati oleh dalam ketika mementaskannya. Pakem yang lazim terdapat dalam pertunjukan wayang golek cepak terbagi dalam beberapa urutan, yakni:
- Tatalu atau gagalan
- Babak unjal, paseban dan bebegalan
- Nagara sejen
- Patepah
- Perang gagal
- Panakawan/goro-goro
- Perang kembang
- Perang raket
- Tutug
Dalang-dalang wayang golek cepak sendiri yang saat ini masih aktif mendalang (biasanya dalam acara atau ritual-ritual adat seperti Mapag Sri, Ruwatan, Bongkar Bumi, dan sebagainya) meski tak seramai dulu karena tergeser oleh budaya urban yang lebih modern adalah Ki Ahmadi dari group Sekar Harum, Ki Warsyad dengan groupnya Jaka Baru asal Gadingan, Ki Tayut dari Junti Nyuat dengan groupnya Sri Budi, adan dalang-dalang lainnya yang hampir semuanya bermukim di Indramayu dan beberapa lagi di Cirebon.
0 comments:
Post a Comment